DaerahHukumPolitik

H. Zainul Arifin, Anggota DPR RI: Bima Semakin Maju

MENYAMBUT Hari Jadi Kabupaten Bima yang ke-382, yang diperingati setiap tanggal 5 Juli, ada baiknya kita menginggat kembali setiap langkah dan gebrakan nyata para pemimpin Bima, dalam hal ini Bupati Bima. Keberadaan mereka sebagai ‘Ama ro Ina Rasa’, tentu menorehkan cerita tersendiri bagi rakyat Bima dan generasi-generasi selanjutnya. Kehebatan dan kekurangan mereka pasti melekat, karna itu Sunatullah. Misalnya pada periode 2000-2005, terpilihnya Drs. H. Zainul Arihin H.M.Nor, sebagai Bupati Bima pertama yang berasal dari asli putra daerah yang cukup lama didambakan. Selama periode kepemimpinan Abuya, Bima telah banyak monorehkan tinta emas. Seiring berjalannya waktu, kini Abuya didapuk sebagai Anggota DPR/MPR RI periode 2019-2024 Dapil NTB I (Pulau Sumbawa) dari Partai Gerindra.

Banyak pihak telah menilai bahwa Abuya dipercaya mampu membawa daerah pada suasana Islami, walaupun suasana yang diciptakannya merupakan titik awal yang dapat dikembangkan pada masa-masa berikutnya. Walau bukan tamatan sekolah agama, tetapi Abuya hidup dan berkembang dalam suasana keluarga yang agamis dan didukung kekuatan finansial yang cukup serta potensi yang dimilikinya dalam mendekati para ulama, tanpa mengenal mazhab dan aliran fiqihnya. Abuya sangat tekun melakukan ibadah dan menimba ilmu agama dari para ulama.

Kala itu, Abuya adalah bupati yang dapat memainkan dua peran utama; sebagai pemimpin masyarakat dan sekaligus sebagai tokoh dalam suasana masyarakat madani dan Islami, yang aman, sejahtera dan adil. Untuk mewujudkan rencananya itu, Abuya telah memulai melakukan tindakan-tindakan nyata dengan membentuk majelis-majelis taklim, mulai dari tingkat kabupaten hingga tingkat desa; dengan menciptakan suasana agamis lalu mengadakan dzikir dan doa bersama sekali seminggu di pendopo; dengan mengadakan perayaan-perayaan hari besar Islam yang diisi dengan tabligh akbar, mendatangkan mubalig-mubalig dari Jakarta, mengadakan seminar-seminar tentang pendidikan Islam dan penerapan Syariat Islam, dan mengundang para pakar pada bidangnya. Kesemuanya itu telah mendapat sambutan baik dari seluruh lapisan masyarakat. Yang tidak kalah penting adalah upayanya untuk membasmi segala bentuk kemaksiatan, seperti perjudian dan minuman keras.

Kebijakan yang fenomenal dalam upaya menciptakan suasana Islami di Bima adalah mengadakan Jum’at Khusu’, yang mengharuskan setiap orang/warga menjaga ketenangan bagi kaum muslimin yang sedang melaksanakan ibadah sholat Jum’at, dengan cara menghentikan segala aktivitas kendaraan umum. Maka, mulai tanggal 5 Juli 2002, yang bertepatan dengan Hari Jadi Kabupaten Bima ke 362 tahun, Abuya melalui Surat Keputusan Bupati Bima Nomor 146 Tahun 2002, mencanangkan dimulainya Hari Juma’at Khusu’ di seluruh wilayah Kabupaten Bima. Selain Peraturan Daerah (Perda)  tentang larangan minuman keras, perjudian dan pelacuran, yang disertai dengan kemampuan Abuya dalam mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara signifikan.

Selain itu, Abuya adalah tipe pemimpin yang ibda’ binafsik, memulai dari diri sendiri. Hal ini sudah dilakukan jauh sebelum dan ketika menjadi bupati, bahkan hingga kini, termasuk dalam berpakaian. Abuya, terutama istri tercinta Hj. Wibawanti Annisaturrahmah, S.Pd., telah memberikan dan mewariskan contoh baik soal berbusana muslimah. Hebatnya lagi, beberapa karya nyata yang ditorehkan Abuya itu, di antarnya Program Jumat Khusyu’ yang masih terus dipertahankan dan dilanjutkan oleh Bupati Bima selanjutnya; baik itu Bupati H. Ferry Zulkarnain, ST. (alm), hingga sekarang oleh Bupati Hj. Indah Dhamayanti Putri, SE. Khusus untuk Umi Dinda, panggilan akrab Bupati Hj. Indah Dhamayanti Putri, sebagai Anggota DPR RI Abuya menilai bahwa Umi Dinda telah banyak membangun daerah dengan karya yang selaras dan berkelanjutan.

Tak hanya itu, sebagai wakil rakyat, Abuya tak pernah henti bekerja keras di DPR RI untuk ikut membantu memperjuangkan setiap aspirasi masyarakat Pulau Sumbawa, khususnya masyarakat Bima dan Dompu. Telah banyak upaya-upaya nyata yang dilakukan Abuya, baik yang didengar maupun yang tidak didengar langsung oleh rakyat. Namun prinsipnya, Abuya selalu hadir pada setiap kejadian dan masalah social yang dihadapi; misalnya bantuan bencana alam, bencana kebakaran, pendampingan sosial, bantuan sembako, bantuan beasiswa, bantuan pesantren, bantuan masjid dan mushola, hingga bantuan yang yang bersifat personal. Beberapa kegiatan itu, ada yang langsung dihadari Abuya, namun ada pula yang diwakilkan kepada staf ahlinya Muhamad Rizky Imansyah, maupun putra pertama Abuya, Muhammad Arief Fadillah. (MTM)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *